Sampai saat ini pelajaran matematika di sekolah masih sering dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi sebagian anak. Pada sisi yang lain banyak pula anak yang menyukainya dan menganggap matematika sebagai sarana pengembangan kemampuan berpikir logis, analitis, dan sistematis, serta kemampuan memecahkan masalah dan berkomunikasi. Matematika juga dinilai berperan dalam membangun sikap tekun, disiplin, dan rasa percaya diri dalam menghadapi tantangan. Terkait dengan hal tersebut, dalam sebuah kesempatan, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti, mengatakan pelajaran matematika akan mulai diajarkan sejak jenjang taman kanak-kanak (TK) pada tahun ajaran 2025–2026. Dikatakan, bahwa hal ini merupakan bagian dari implementasi program wajib belajar 13 tahun yang digagas Presiden Prabowo Subianto.
Pendapat Guru
Nunung Martiwiningsih, S.Pd., M.Pd. Pengawas TK di Kabupaten Cilacap, saat diminta pendapat tentang pelajaran matematika di TK menyatakan, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang sangat pesat saat ini telah membawa dampak yang sangat besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan anak usia dini (PAUD). Dikatakan, anak-anak saat ini tumbuh di era digital yang serba cepat, dengan lingkungan yang dipenuhi oleh perangkat teknologi seperti televisi pintar, tablet, smartphone, dan berbagai media digital lainnya. Perkembangan IPTEK memberikan banyak peluang positif bagi Pendidikan Anak Usia Dini PAUD. Teknologi dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang menarik dan interaktif, membantu guru memperkaya metode sehingga, penyampaian materi menarik dan merangsang minat belajar peserta didik.

Namun diakui oleh Nunung, perkembangan IPTEK juga membawa tantangan tersendiri. Anak-anak yang terlalu sering bermain dengan ponsel, terpapar layar tanpa pengawasan yang tepat, kata Nunung, berisiko mengalami keterlambatan dalam perkembangan sosial-emosional, keterampilan motorik, dan komunikasi dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, peran guru dan orang tua sangat penting dalam mendampingi anak, menggunakan teknologi secara bijak, seimbang, dan sesuai usia.
Nunung yang juga Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan PAUDNI, Pendidikan Khusus dan Non Forma Kabupaten Cilacap ini selanjutnya menyatakan, Pendidikan di Taman Kanak-Kanak (TK) masa kini perlu beradaptasi dengan perkembangan IPTEK, tetapi tidak boleh kehilangan esensi pembelajaran yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Pembelajaran berbasis bermain, interaksi langsung, eksplorasi lingkungan sekitar, dan penguatan nilai karakter tetap harus ada dan menjadi fondasi utama dalam pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. “Dengan demikian, perkembangan IPTEK membawa perubahan positif bagi pendidikan PAUD jika dimanfaatkan secara tepat, bijak, dan proporsional, dengan tetap memperhatikan kebutuhan perkembangan anak secara holistik integatif sesuai dengan umur yang tertera di Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA)”, ujar Nunung menjelaskan.
Bermain Sambil Belajar
Pendapat lain diungkapkan, Kepala TK Negeri Pembina Kabupaten Semarang, Siti Komarini, yang menyatakan Pembelajaran Matematika di TK, sangat perlu. Tetapi dengan pelaksanaan pendekatan yang tepat, dan sesuai perkembangan anak. Ketua Paguyuban TK Negeri dan Pembina TK Swasta Provinsi Jawa Tengah ini juga menyatakan TK Negeri yang dipimpinnya sudah mengajarkan Matematika bagi anak-anak.
“Sudah, di TK kami sudah diajarkan Matematikan dengan strategi bermain, eskplorasi, dan dalam kegiatan sehari hari yang kongkrit dan menyenangkan serta disajikan secara berulang dan konsisten”, ujarnya.

Dijelaskan, ketika anak asyik bermain, anak asyik juga belajar Matematika. Materi matematika di TK berupa konsep-konsep matematika seperti mengenal angka, bentuk, pola, posisi, ukuran, mengelompokkan benda, mengurutkan/membandingkan ukuran, dan berhitung secara kongkrit dengan benda nyata, tidak berupa operasi hitung secara abstrak dan lembar kerja.
Siti Komarini yang juga Pengurus PGRI Kabupaten Semarang dan Penasihat IGTKI-PGRI Kabupaten Semarang ini selanjutnya mengungkapkan penerapan dan pendekatan pembelajaran mendalam di TK harus sesuai dengan karakteristik anak usia dini, yang antara lain memiliki rasa ingin tahu yang besar, selalu aktif dan senang bermain. Karena itu pembelajaran mendalam di TK disajikan dengan metode bermain sambil belajar, dalam model model pembelajaran yang ada, seperti sentra dan area. Dikatakan, Metode Inquiri, pembelajaran berbazis projek, dan tematik terpadu juga efektif diterapkan dalam pendekatan pembelajaran mendalam di TK. “Setiap hari anak dibiasakan mau merefleksi diri terkait kegiatan yang sudah dilakukan dan dirangsang untuk aktif menuangkan ide barunya dalam karya dan cerita”, ujar Siti Komarini menambahkan.
Pembelajaran Koding
Selain memasukkan pelajaran matematika di TK, kebijakan baru pada pemerintahan presiden Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka saat ini adalah pembelajaran koding yang dimulai dari SD kelas 5. Selain itu Mendikdasmen Abdul Mu’ti juga memperkenalkan metode “Deep Learning” atau Pembelajaran Mendalam.
Terkait hal tersebut diatas, Kepala SDN Sendangmulyo 04, Rosamaji, S.Pd, MPd memahami, bahwa setiap pergantian pimpinan, khususnya dalam dunia pendidikan pasti ada perubahan kebijakan. “Karena itu, kita yang berada pada tataran “Grassroot” harus dapat merespon dan melaksanakan dengan baik kebijakan tersebut”, ujar Rosamaji.

Kepala Sekolah yang juga alumni IKIP PGRI Semarang ini menyatakan pendapatnya, terkait pembelajaran mendalam yang diluncurkan pada era Mendikdasmen Abdul Mu’ti kali ini telah dipersiapkan dengan baik. Penilaian itu, kata Rosamaji, ditandainya dengan peluncuran panduan-panduan yang berhubungan dengan pembelajaran mendalam. Sehingga setelah peluncuran kebijakan tersebut, Kemendikdasmen dan Dinas Pendidikan segera memberi kesempatan kepada para guru sebagai pelaksana kebijakan, bisa segera mempelajari materi dan bahan ajar secara mandiri.
Selanjutnya, berkenaan dengan pembelajaran koding, menurut Rosamaji, ini adalah hal yang harus mendapat perhatian secara terus-menerus. Dikatakan, meskipun dalam panduan, sebagian besar guru-guru masuk dalam kualifikasi mengajar koding, tetapi harus diingat bahwa guru-guru yang sudah ada, selama ini tidak dipersiapkan untuk pembelajaran koding. “Dan Faktanya guru yang sudah mendapat sosialisasi pun masih harus banyak belajar tentang pembelajaran koding ini”, ujar Rosamaji memberi alasan, mengapa pembelajaran koding harus mendapat perhatian secara terus-menerus. (pur)