SEMARANG, derapguru.com — Media sosial adalah ruang simulatif yang dikepung dengan realitas simulacrum (realitas semu). Di media sosial, antara realitas nyata dan realitas semu, semua tumpang tindih tak menentu sehingga keduanya sulit untuk dibedakan.
Fenomena inilah yang diungkap oleh Dosen PBSI UPGRIS, Siti Ulfiyani SPd MPd, dalam Talkshow bertajuk Keterampilan Berbahasa sebagai Proteksi Kesehatan Mental dalam Bermedia Sosial yang diselenggarakan oleh FPBS UPGRIS, Kamis, 25 Juli 202
“Di Instagram saya pakai filter agar tampak ”aura subuh’, bukan ‘aura magrib’. Semua dibuat agar tampak menakjubkan. Jadi, sebenarnya apa yang kita lihat di media sosial itu penuh dengan kepalsuan. Yang ditampilkan orang-orang adalah sisi lain dari orang tersebut yang ingin diperlihatkan pada orang lain, bukan sisi yang sebenarnya,” tutur Siti Ulfiyani.
Siti Ulfiyani juga menuturkan ada empat fenomena psikis berbahaya tapi sering tidak disadari yang ditimbulkan media sosial. Keempat fenomena itu antara lain Fomo, Jomo, Fopo, dan Yolo.
“Fomo itu Fear of Missing Out. Merupakan fenomena psikologis yang menggambarkan ketakutan melewatkan momen, pengalaman, atau aktivitas yang sedang terjadi atau populer di lingkungannya,” urai Siti Ulfiyani.
Jomo, lanjut Siti Ulfiyani, adalah singkatan dari Joy of Missing Out. Kebalikan dari Fomo. Istilah ini memiliki arti tetap senang meski tertinggal. Fobo adalah singkatan dari Fear of Better Option, yang berarti, ketakutan atau kebingungan akan salah dalam memilih opsi terbaik.
“Sedangkan Yolo artinya You Only Live Once artinya kamu hanya hidup sekali. Sikap ini bila tak terkendali bisa membuat kita berlaku seenaknya atau sembrono,” tandas Siti Ulfiyani.
Dosen UPGRIS yang juga seorang psikolog, Dr Padmi Dhyah Yulianti SPsi MPsi, menyebut ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengelola kesehatan mental. Pertama adalah melakukan validasi emosi.
“Kedua, melatih pikiran dan mengatur ekspektasi. Ketiga memberi waktu untuk diri sendiri. Keempat, menjaga kesehatan fisik. Kelima, mencari dukungan sosial. Keenam, pahami dan sadari pentingnya kesehatan mental. Dan ketujuh, cari bantuan profesional untuk mengatasi bila kesehatan mental kita terasa terganggu,” tandas Dr Padmi.
Sementara itu, Dekan FPBS Siti Musarokah MPd mengatakan kegiatan ini merupakan rangkaian dari agenda Dies Natalis ke-43 UPGRIS. Kegiatan ini melibatkan ratusan siswa sekolah menengah yang berada di Kota Semarang dan sekitarnya.
“Alhamdulillah ada 242 siswa yang ikut terlibat dalam talkshow ini. Mereka didampingi guru datang dari wilayah Kota Semarang, Demak, Kendal, dan sekitar,” tandas Siti Musarokah. (za)