JAKARTA, Derapguru.com — Program Bidikmisi yang digagas pemerintah sejak 2010 dan bertransformasi menjadi Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) Tahun 2020 dan disempurnakan menjadi KIP Kuliah Merdeka pada 2021 banyak membantu mahasiswa. Bahkan, alumninya berhasil meningkatkan kualitas ekonomi keluarga dan keluar dari garis kemiskinan.
Hal tersebut terungkap dari hasil Tracer Study 2023 alumni Bidikmisi/KIP Kuliah oleh Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik). Survei digelar pada April hingga September 2023 sebagaimana dilansir dari dalam laman Puslapdik Kemdikbud.
Tracer Study 2023 merupakan survei kedua setelah Tracer Study 2018 oleh Ditjen Dikti. Tracer Study 2023 menggunakan metode survei dengan teknik penyebaran kuesioner secara langsung, WhatsApp blast, dan pendalaman melalui wawancara.
Puslapdik bekerja sama dengan PTN dan LLDikti serta dibantu Persatuan Mahasiswa dan Alumni Bidikmisi/KIP Kuliah atau Permadani Diksi KIP-K Nasional. Tracer Study atau sering disebut survei alumni merupakan riset untuk melacak dan mengevaluasi kinerja alumni dalam mencari pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi.
Tracer Study menyasar seluruh alumni Bidimisi/KIP Kuliah sejak angkatan pertama masuk kuliah Tahun 2010. Namun, sebagian besar responden adalah alumni yang masuk kuliah mulai 2014 atau lulus dalam periode 5 tahun terakhir dan lulus maksimal 2022.
Menurut data Kemendikbudristek, total mahasiswa penerima Bidikmisi/KIP Kuliah sejak 2010 sampai 2024 mencapai 1.052.445 orang dengan alumni atau sudah lulus sekitar 440 ribu orang. Terdapat 13-15 ribu mahasiswa yang berhenti di tengah jalan atau drop out.
Dari 440 ribu tersebut, yang berhasil terdeteksi keberadaannya melalui sistem hanya sekitar 125 ribu alumni ditambah sekitar 3 ribuan alumni yang terdata oleh Permadani Diksi KIP-K Nasional. Dari 128 ribu-an alumni Bidikmisi/KIP Kuliah itulah kuesioner disebarkan.
Sampai 30 September 2023, sebanyak 20.706 alumni memberikan respons dengan mengisi kuesioner Tracer Study. Dari jumlah itu, sebanyak 6.348 orang merupakan alumni yang masuk kuliah Tahun 2018, 1.427 orang masuk kuliah 2019, dan sisanya merupakan mahasiswa penerima Bidikmisi Tahun 2013 sampai 2017.
Hasil Tracer Study 2023, program Bidikmisi/KIP Kuliah dirasakan sukses memotong mata rantai kemiskinan dalam keluarga melalui kesuksesan alumni dalam kehidupan sosial setelah lulus kuliah. Sebanyak 96 persen alumni mampu membantu ekonomi keluarga setelah lulus kuliah dan memperoleh pekerjaan.
Dari sejumlah itu, sebanyak 45 persen alumni mampu memberikan uang bulanan tetap pada keluarganya dan 40 persen memberikan bantuan tidak tetap serta 10 persen membantu membiayai pendidikan saudaranya.
Alumni Bidikmisi/KIP Kuliah mampu memberikan bantuan pada keluarga karena berhasil memperoleh pekerjaan dengan rentang waktu tidak lama setelah lulus. Sebanyak 39 persen memperoleh pekerjaan pertama kurang dari 3 bulan setelah lulus, bahkan sebanyak 32 persen memperoleh pekerjaan dalam waktu kurang dari satu bulan setelah lulus. Hanya 16 persen yang memperoleh pekerjaan di atas 6 bulan setelah lulus.
Sebesar 73 persen dari alumni Bidikmisi/KIP Kuliah memperoleh gaji pertama di bawah Rp3 juta, 20 persen pada kisaran Rp3-5 juta, 6 persen bergaji Rp5-10 juta pada gaji pertama. Menariknya, 1 persen alumni memperoleh gaji pada pekerjaan pertama di atas Rp10 juta.
Seiring lamanya bekerja, beberapa alumni Bidikmisi/KIP Kuliah mengalami peningkatan gaji. Alumni yang memperoleh gaji di bawah Rp3 juta menurun dari 73 persen menjadi 65 persen.
Sementara itu, yang bergaji di kisaran Rp3-5 juta meningkat menjadi 22 persen dan kisaran Rp5-10 juta menjadi 10 persen. Bahkan, alumni yang memperoleh gaji di atas Rp10 juta meningkat menjadi 2 persen.
Perolehan gaji tergantung pada jenis pekerjaan yang ditekuni alumni Bidikmisi/KIP Kuliah setelah lulus. Sebanyak 46 persen alumni memilih pekerjaan di perusahaan swasta dan 15 persen di pemerintahan, baik sebagai ASN, TNI maupun Kepolisian, sebagian kecil lainnya masuk ke BUMN dan BUMD, LSM, dan wirausaha.
Selain itu, 5 persen melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi, seperti S2 atau profesi. Alumni Bidikmisi juga banyak yang terjun di kemasyarakatan, yakni 23 persen menekuni aktivitas sosial yang produktif, namun belum tergambar seperti apa aktivitas sosial yang dimaksud.
Sebanyak 82 persen alumni Bidikmisi/KIP Kuliah yang menjadi responden merasakan adanya kesesuaian antara pekerjaan yang ditekuni dengan program studi yang diambil saat kuliah. Pendidikan tinggi adalah investasi bagi keluarga termasuk bagi pemerintah. Sebab, perubahan sosial yang dirasakan oleh alumni Bidikmisi/KIP Kuliah membuktikan pendidikan tinggi merupakan salah satu jalan melawan dan menyelesaikan kemiskinan. (med/za)