JAKARTA, derapguru.com — Kongres XXIII PGRI yang berlangsung di Hotel Grand Sahid Jakarta, 1 – 3 Maret 2024, diawali dengan pertemuan perempuan nasional PGRI, dengan nara sumber Henny Supolo Sitepu. Diungkapkan, peran perempuan PGRI sangat penting dalam upaya penguatan organisasi, namun di semua level kepengurusan PGRI saat ini belum bisa terpenuhi keterwakilan perempuan sesuai amanat AD/ART PGRI dengan kuota 30% .
Bendahara PGRI Jawa Tengah, Dr Hj Sri Suciati MHum, mengaku belum terpenuhi kuota 30 % itu karena banyak perempuan belum percaya diri.
“Belum terpenuhinya kuota 30% perempuan dalam kepengurusan PGRI itu bukan karena perempuan tidak mampu atau tidak kompeten, tetapi karena banyak yang belum percaya diri untuk berperan dslam organisasi,” jelas Sri Suciati.
Sri Suciati yang juga Rektor Universitas PGRI itu memberikan contoh bahwa jumlah guru perempuan itu lebih banyak dibanding jumlah guru laki-laki. Dan ketika perempuan diberikan kesempatan untuk tampil ternyata juga mampu. Karena itu pihaknya akan terus mendorong agar para perempuan memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga dapat berperan optimal dalam semua bidang kehidupan.
Pengurus perempuan dari kota Salatiga, Dr Catarina Herwanti MPd, mengungkapkan belum optimalnya peran perempuan dalam organisasi karena berbagai alasan. Selain merasa kesulitan membagi waktu juga ada yang menganggap kegiatan organisasi sebagai “samben”.
Catarina yang masih aktif sebagai guru SMAN 1 Salatiga dan pengurus SLCC PGRI Jawa Tengah ini berharap agar pengurus PGRI mengakomodir pertimbangan pengurus yang masih aktif berdinas, sehingga kegiatan atau rapat organisasi yang tidak terlalu mendesak bisa dilakukan pada siang hari sehingga semua pengurus bisa berperan aktif dalam semua kegiatan. (Pur/wis/za)