Agenda: Gebyar Perbenihan Nasional (GPN) VIII Reporter: Tim Redaksi
KULONPROGO — Laboratorium Kultur Jaringan Pendidikan Biologi UPGRIS berkolaborasi dengan V & M Biotechnology bergabung dalam agenda “Gebyar Perbenihan Nasional VIII” yang digelar Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementrian Pertanian (Kementan) di Jogja Agro Park Nanggulan Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta, Senin-Rabu (29—31) Mei 2023.
Kegiatan yang dijadikan sebagai wahana untuk mendorong pengembangan perbenihan tanaman pangan dan sebagai media komunikasi bagi pelaku perbenihan tanaman pangan tersebut diikuti berbagai komunitas dan insan pertanian. Gebyar perbenihan ini diisi dengan berbagai pameran, gelar teknologi benih tanaman pangan, display produk perbenihan dan pertanian, sosialisasi regulasi perbenihan tanaman pangan, klinik konsultasi perbenihan, lomba-lomba, dan job fair industri benih.
Kepala Laboratorium Kultur Jaringan, Ipah Budi Minarti MPd, mrnuturkan bahwa kultur jaringan adalah suatu metode untuk memisahkan/mengisolasi bagian dari tanaman seperti sel, jaringan atau organ (daun, akar, batang, tunas dan sebagainya) serta membudidayakannya dalam lingkungan yang terkendali (secara in vitro) dan aseptik sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri/beregenerasi menjadi tanaman lengkap.
“Kultur jaringan ini memanfaatkan sifat totipotensi pada tanaman. Sifat totipotensi merupakan kemampuan dari jaringan untuk tumbuh menjadi individu baru yang identik dengan induknya, karena jaringan tersebut memiliki sifat metabolisme,” urai Ipah.
Teknik kultur jaringan yang dikembangkan secara optimal, lanjut Ipah, akan dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Karena kultur jaringan juga memiliki peranan penting dalam pengembangan bahan tanam yang memiliki sifat ekologis kuat dan propagasi masa.
Pimpinan V & M Biotechnology, Ir Pranowo Singgih Sandjojo menuturkan, ke depannya kultur jaringan harus dapat menghasilkan produk-produk tanaman pangan pengganti beras seperti umbi ganyong, talas benak, kacang tanah, gembili, dan jenis umbi-umbian lainnya. Potensi umbi-umbian ini sangat luar biasa sehingga kultur jaringan perlu merambah lebih dalam keberbagai jenis umbi-umbian tersebut.
“Kaum milenial—khususnya mahasiswa—dari berbagai perguruan tinggi termasuk Universitas PGRI Semarang, jangan lupa untuk terus terlibat aktif dan ikut berinovasi dalam menghidupkan pertanian Indonesia melalui kultur jaringan,” tandas Pranowo Singgih. (za)